Tips Mengajar untuk Anak dengan diagnosis Autism Spectrum Disorder (ASD)
Setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang. Hal ini juga berlaku untuk anak yang memiliki kebutuhan khusus. Tidak hanya anak normal saja, anak dengan kebutuhan khusus juga sama-sama memiliki potensi. Walaupun mungkin ada perbedaan perlakuan, namun tidak menutup kemungkinan anak special ini juga dapat hidup dengan mandiri dan memiliki kesuksesan di masa depan. Beberapa kasus anak berkebutuhan khusus yang sering kita temui salah satunya adalah anak dengan diagnosis Autism Spectrum Disorder (ASD). Lalu apa itu Autism Spectrum Disorder?
Dikutip dari laman psychiatry.org, Autism spectrum disorder (ASD) adalah kondisi perkembangan kompleks yang melibatkan tantangan terus-menerus dengan komunikasi sosial, minat terbatas, dan perilaku berulang. Kondisi tersebut tentu memiliki kesulitan tersendiri untuk melakukan kegiatan belajar. Banyak tantangan dan hal yang harus diperhatikan untuk mengajarkan anak dengan Autism spectrum disorder. Berikut ini beberapa tips mengajar untuk mengajarkan anak dengan Autism spectrum disorder:
1. Visual thinker
Anak dengan diagnosis ASD biasanya berpikir dalam gambar. Pikirannya bagaikan rekaman video yang berjalan dalam imajinasi mereka. Bisa dikatakan gambar adalah Bahasa pertama sedangkan kata-kata adalah Bahasa keduanya. Maka akan lebih mudah mengajari anak autis dengan menghadirkan visualisasi benda yang berkaitan dengan kata. Untuk belajar mengenai arah seperti atas, bawah akan lebih baik jika dipraktekan bisa dengan benda ataupun dengan bantuan kartu.
2. Non verbal
Kebanyakan anak dengan ASD merupakan non-verbal. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kata-kata bagaikan Bahasa kedua mereka. Maka perlu diperhatikan hal berikut ini untuk mengajari anak autis khususnya yang memiliki masalah pada verbal yaitu :
- Hindari memberi instruksi Panjang
Anak dengan autisme biasanya memiliki masalah pada mengingat urutan, maka akan lebih baik untuk memberikan instruksi dengan kalimat pendek dan jelas. Lalu perlu juga memecah tugas menjadi bagian kecil. Saat mengajari urutan juga perlu menggunakan dengan sentuhan dan motorik.
- Tidak dapat memproses input visual dan pendengaran secara bersamaan.
Beberapa anak tipikal non-verbal merupakan mono-channel. Artinya, mereka tidak dapat melihat dan mendengar pada saat yang sama. Hal ini dikarenakan sistem saraf mereka yang belum matang. Maka mereka harus diberikan tugas visual atau tugas pendengaran secara terpisah.
- Lebih mengandalkan indera sentuhan dalam belajar.
Bagi anak dengan autisme lebih mudah untuk belajar lewat merasakanannya. Mereka dapat mempelajari jadwal harian dengan objek misalkan jika ingin mengajarkan anak untuk jadwal makan, kita bisa membiarkan mereka memegang sendok 15 menit sebelum makan.
- Beberapa individu dengan autisme tidak tahu bahwa bahasa atau kata digunakan untuk komunikasi.
Yang bisa kita lakukan adalah memfasilitasi mereka Ketika sedang belajar Bahasa komunikasi. Misalkan jika mereka meminta piring, maka berikan piring. Namun jika anak meminta piring padahal mereka ingin cangkir, tetap berikan mereka piring sesuai apa yang mereka pinta. Ini bertujuan agar Ketika mereka mengucapkan kata-kata maka hal konkret terjadi.
- Sulit membedakan suara dan huruf konsonan.
Beberapa individu dengan autisme biasanya memiliki masalah membedakan huruf konsonan. Misalkan pada kata “Dog” dan “Log”. Secara pengucapan memang memiliki kemiripan. Namun mereka susah membedakan yang mana D dan L di antara kata tersebut. Maka perlu mengajari mereka dengan cara menekankan huruf konsonan Ketika mengucapkan kata tersebut.
- Biasanya merespon dengan nyanyian lebih baik dibanding dengan kata-kata.
Individu dengan autisme biasanya lebih baik saat merespon sesuatu jika kita menyanyikannya. Namun, ada juga yang memiliki sensitifitas pada suara akan lebih baik jika kita berbicara pada mereka dengan suara atau bisikan yang rendah.
2. Sangat Artistik
Kebanyakan individu dengan autistime merupakan orang yang sangat artistik. Mereka sangat pandai dalam menggambar, seni, dan juga berbakat pada pemrograman komputer. Maka area bakat ini perlu kita dorong sehingga menjadi keterampilan serta dapat digunakan untuk pekerjaan masa depan mereka.
3. Gunakan Reinforcer
Reinforcer adalah sesuatu yang dapat menguatkan perilaku di masa depan. Individu dengan autisme biasanya memiliki satu atau beberapa benda yang sangat mereka sukai. Menggunakan benda tersebut dalam praktik mengajari individu autisme.
4. Gunakan Konsep Asosiasi untuk Belajar
Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa individu dengan autisme biasanya adalah visual thinker. Maka hal yang perlu kita lakukan untuk mengajari individu dengan autisme adalah dengan sistem belajar asosiasi dengan memunculkan visualisasi konkret. Ini juga berlaku untuk mengajarkan konsep bilangan pada individu dengan autisme. Contohnya pada pembelajaran pecahan bisa menggunakan buah apel yang sudah dibelah. Selain itu, konsep belajar asosiasi juga diperlukan untuk mengajarkan sebuah kata pada anak. Kita harus mengucapkan kata benda sambil menunjukan kartu dengan gambar yang sama pada individu.
5. Memiliki Masalah Pada Kontrol Motorik di Tangan
Banyak individu dengan autisme yang sulit untuk belajar menulis karena memiliki masalah dengan kontrol motorik. Maka seringkali mereka merasa frustasi. Untuk itu, untuk membantu anak menikmati menulis maka biarkan mereka mengetik di komputer.
6. Beberapa Anak dengan Autisme Sensitif Terhadap Suara Keras dan Terdistraksi dengan Cahaya
Beberapa individu dengan autisme sangat sensitif pada suara-suara. Contohnya pada bel sekolah, suara decitan dari kursi dan lain-lain. Mereka akan merasa ketakutan pada suara-suara tersebut. Maka dalam proses belajar, awalnya kita harus meminimalisir suara. Lalu kita dapat menggunakan tape recorder untuk mereka belajar mentolerir suara dan secara bertahap meningkatkan volumenya. Beberapa individu dengan autisme juga sensitif pada kedipan cahaya yang dapat membuat mereka terdistraksi.
7. Beberapa Anak dengan Autisme Memiliki Masalah pada Pemrosesan Visual.
Beberapa anak dengan autisme juga memiliki masalah pada pemrosesan visual. Misalkan pada saat naik eskalator mereka tidak dapat menentukan kapan harus naik atau turun. Mereka tidak peka terhadap kontras. Maka lebih baik untuk di kertas putih atau beberapa warna netral lainnya.
8. Beberapa Anak dengan Autis Biasanya Hiperaktif
Beberapa individu dengan autisme merupakan tipe hiperaktif yang akan gelisah sepanjang waktu. Kita bisa menggunakan rompi untuk memberikan tekanan pada pakaian . tekanan ini membantu menenangkan sistem saraf. Rompi dapat digunakan selama 20 menit kemudian dilepas selama beberapa menit.
9. Anak dengan Autisme Biasanya Memiliki Masalah pada Generalisasi
Untuk mengajarkan konsep menyebrang maka tidak bisa hanya diajarkan pada satu tempat, namun juga harus diajarkan pada tempat penyeberangan lainnya. Begitu pula Ketika mengajarkan menggunakan toilet. Hal ini digunakan agar mereka dapat melakukan generalisasi.
10. Memiliki Masalah pada Makan
Dalam beberapa kasus beberapa individu autisme merupakan pemilih makanan karena Terpaku pada salah satu detail makanan. Misalkan hanya memilih McDonald. Maka kita bisa menyiasati hal ini dengan memasukan makanan lain di tempat atau label makanan yang mereka sukai.
Itu tadi adalah informasi dan tips mengajari anak dengan diagnosis ASD. Semoga bisa diterapkan khususnya pada orang tua dan guru yang menangani anak special ini.
Oleh Salsabilatuzzahra Jaha dari BehaviorPALS Center
Sumber :
https://www.psychiatry.org/patients-families/autism/what-is-autism-spectrum-disorder
Grandin, T. (2002). Teaching tips for children and adults with autism. Fort Collins, Colorado/EUA, http://www. autism. org/temple/tips. html.
Tips, Mengajari, Autisme
Special Needs / Berkebutuhan Khusus / Cognitive Development / Tumbuh Kembang Kognitif / Education / Pendidikan / Tips Mengajar untuk Anak dengan diagnosis Autism Spectrum Disorder (ASD)
Comments