Pendidikan seksual untuk anak berkebutuhan khusus
Pendidikan seks penting diberikan sejak dini bagi semua anak, khususnya anak-anak dengan kebutuhan khusus. Mengapa? Disadari atau tidak, pemahamanan anak seputar seksualitas secara umum berkaitan dengan isu keselamatan, higenitas atau kebersihan, serta hubungan yang bermakna dan berkualitas dengan orang lain.
Tidak kekerasan dan pelecahan seksual dapat terjadi kepada siapa saja, namun individu dengan kebutuhan khusus memiliki risiko yang relatif lebih tinggi. Mengajarkan kerterampilan dari yang bersifat dasar hingga keterampilan yang lebih kompleks dapat membantu anak berkebutuhan khusus mengadvokasikan dirinya ketika ia dewasa.
Selain itu, pendidikan seksual juga dapat berdampak pada bagaimana individu tersebut dapat mencegah atau menangani isu kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan seksualnya. Perlu diperhatikan bahwa sekelompok individu dalam kategori kebutuhan khusus yang sama dapat memiliki risiko kesehatan yang berbeda. Oleh karenanya, penting untuk melibatkan ahli di bidangnya ketika orang tua mencari informasi mengenai risiko atau kebutuhan sang anak.
Pendidikan seksual juga secara tidak langsung berdampak pada bagaimana anak mempelajari interaksi sosial. Contohnya, “seberapa dekat jarak saya dengan lawan bicara?”, “sentuhan apa saja yang tergolong aman dan tidak aman?”, “pada situasi apa saja dan di mana saya bisa mengenakan pakaian tertentu?”, dan seterusnya. Sama dengan manusia pada umumnya, anak berkebutuhan khusus nantinya akan mengalami masa ketertarikan dengan orang lain. Pendidikan seksual dapat membantu anak tersebut untuk membangun interaksi sosial yang sesuai dan harapannya mereka dapat membangun hubungan bermakna dengan orang lain.
Bagaimana cara mengajarkan pendidikan seksual bagi anak berkebutuhan khusus?
Cara yang efektif akan bergantung pada kebutuhan khusus dan keterampilan yang anak miliki. Strategi dan pendekatan yang digunakan akan berbeda untuk anak dengan gangguan lokomotor (seperti spina bifida, cerebral palsy), gangguan perkembangan (seperti autsime), atau gangguan pengelihatan pada usia yang sama, sebagai contoh. Namun, orang tua bisa memperhatikan dan mempertimbangan hal-hal berikut dalam mengajarkan pemahaman seksualitas pada anak dengan berkebutuhan khusus:
- Libatkan pakar terkait. Kebutuhan khusus seorang anak dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik atau perkembangan hormon mereka. Misalnya, pada anak dengan disabilitas perkembangan saraf dapat mengalami perubahan fisik pada masa pubertas lebih awal dibandingkan teman seusianya (Murphy & Elias, 2006); dimana dalam hal ini, orang tua dapat berkonsultasi dengan dokter. Namun tidak hanya dengan dokter, orang tua juga dapat konsultasi dengan pakar atau praktisi terkait mengenai perkembangan anak, atau sekadar mencari dukungan atau input tentang strategi yang sesuai digunakan untuk melakuakn edukasi seksual yang tepat untuk anak.
- Ajarkan sesuai tahap perkembangan dan keterampilan anak. Sama seperti anak-anak tanpa kebutuhan khusus, pemahaman tentang seksualitas sebaiknya diajarkan sejak dini dan disesuaikan seiring mereka tumbuh dan berkembang. Cari tahu apa yang anak Anda sudah pahami mengenai seksualitas pada usianya. Selain itu, penting untuk mengetahui apa yang anak sudah bisa lakukan dan apa yang belum bisa, sehingga orang tua bisa menyesuaikan strategi. Misalnya, untuk anak dengan autisme yang keterampilan komunikasi ekspresifnnya belum cukup baik, dapat dipertimbangkan untuk diajarkan berkata “tidak” atau melapor kepada orang tua ketika ada orang asing yang melakukan sentuhan fisik. Contoh lainnya, untuk anak dengan keterampilan bahasa yang terbatas, penggunaan media seperti gambar atau video bisa menjadi alternatif penjelasan verbal. Jika orang tua tidak yakin mengenai keterampilan anak, konsultasikan dengan pakar terkait.
- Ajarkan dengan memperhatikan konteks. Untuk anak dengan kebutuhan khusus tertentu, memahami tata cara interaksi sosial di komunitas dapat menjadi tantangan yang lebih sulit dibandingkan dengan kebanyakan orang. Sebagai contoh, beberapa anak dalam kategori ini perlu diajarkan untuk mengidentifikasi social cue sehingga ia dapat merespons orang lain sesuai dengan konteks ia berada; seperti: apakah orang lain merasa nyaman ketika anak melakukan kontak fisik dengan orang tersebut? atau bagaimana ekspresi wajahnya ketika saya menyentuhnya?.
- Latih kemandirian dan keterampilan merawat diri sejak dini. Keterampilan dalam merawat diri dan kemandirian dapat menjadi tantangan tersendiri bagi sebagian anak dengan kebutuhan khusus. Namun keterampilan ini menjadi penting ketika anak beranjak dewasa. Contohnya, dengan anak dapat mandi sendiri atau mengenakan pakaian sendiri, maka semakin kecil kemungkinan anak akan bergantung kepada orang lain yang membantunya dalam aktivitas yang melibatkan bagian-bagian privat. Harapannya, hal ini dapat mencegah anak terlibat dalam situasi yang memiliki isu keselamatan, seperti ditawarkan bantuan oleh orang asing atau anggota keluarga.
Catatan: ini merupakan informasi umum. Konsultasikan pada praktisi yang relavan jika Anda memiliki kekhawatiran pada anak Anda.
Tiara Putri, MS. BCBA.
BehaviorPALS
Referensi:
Murphy, N. A., & Elias, E. R. (2006). Sexuality of children and adolescents with developmental disabilities. Pediatrics, 118(1), 398-403.
pendidikan seks, berkebutuhan khusus, autisme
Special Needs / Berkebutuhan Khusus / Sex Education / Pendidikan Seks / Health / Kesehatan / Pendidikan seksual untuk anak berkebutuhan khusus
Comments