Menjalin Pertemanan Bagi Anak dengan Gangguan Spektrum Autisme
Menjalin pertemanan sangatlah penting bagi anak-anak karena dapat mendorong perkembangan sosial-emosional mereka dan membantu membentuk hubungan yang bermakna yang dapat berlangsung seumur hidup. Pertemanan juga merupakan pengalaman yang baik bagi anak-anak untuk belajar berempati, bernegosiasi, bekerja sama, dan memecahkan masalah. Selain itu, anak yang memiliki teman cenderung menunjukkan perilaku prososial, kemampuan bahasa, dan afek positif yang lebih tinggi. Pada sisi lain, anak yang kurang berhasil dalam berteman cenderung menunjukkan masalah emosional dan perilaku.
Sayangnya, mengembangkan interaksi sosial dan persahabatan dapat menjadi tantangan bagi anak-anak dengan gangguan spektrum autisme. Hal ini dapat disebabkan oleh kesulitan mereka dalam komunikasi sosial, termasuk kemampuan memberi dan mengalihkan perhatian, berbagi perhatian bersama, mengenali ekspresi wajah, dan membaca situasi sosial. Beberapa anak autisme juga memiliki keterbatasan dalam komunikasi dan bahasa yang menambah kesulitan untuk memulai dan mempertahankan interaksi sosial atau membentuk pertemanan.
Namun, anak-anak dengan autisme sebenarnya sangat ingin berteman, hanya saja mereka mungkin membutuhkan bantuan dari orang tua atau pengasuh dan orang lain untuk melakukannya. Mereka mungkin memerlukan bantuan untuk memulai dan mempertahankan percakapan, memahami ekspresi wajah dan bahasa tubuh, ikut berperan dalam kegiatan kelompok, menyesuaikan diri dengan situasi sosial baru, mengatasi kekalahan, dan menyelesaikan konflik sosial. Orang tua dapat mengajarkan keterampilan sosial kepada anak-anak mereka di rumah atau dengan bekerja sama dengan sekolah anak untuk mendorong lebih banyak kegiatan sosial.
Berikut adalah beberapa tips untuk membantu anak-anak dengan autisme mempelajari keterampilan sosial dan menjalin pertemanan di rumah maupun sekolah:
1. Temukan kegiatan yang disukai anak
Hal ini adalah cara yang bagus untuk memulai latihan interaksi sosial karena anak-anak biasanya akan memberi perhatian dan terlibat dalam suatu kegiatan atau objek yang mereka anggap menarik. Orang tua dapat mulai mengidentifikasi minat dan kekuatan anak dan kemudian membantu mereka berinteraksi dengan anak-anak lain yang memiliki minat yang sama atau serupa.
2. Menjadwalkan waktu bermain dengan “calon teman”
Orang tua dapat mengatur waktu bermain dengan anak-anak lain dari sekolah atau lingkungan yang sama yang tampaknya memiliki minat yang sama atau serupa dengan anak mereka. Hal ini bisa dilakukan dengan mengajak mereka bermain di rumah Anda atau mengatur kegiatan di luar ruangan seperti pergi ke taman, museum, atau akuarium. Penting juga untuk mengajarkan keterampilan sosial dalam situasi yang berbeda dan dengan orang yang berbeda.
3. Gunakan permainan atau alat lain untuk membantu latihan
Permainan bisa menjadi alat yang bagus untuk mengajari anak-anak tentang berbagai keterampilan sosial. Misalnya, orang tua dapat mencetak gambar beberapa ekspresi wajah dan menempelkannya pada sebuah kotak untuk membuat “dadu emosi”, kemudian orang tua dan anak dapat bergiliran melempar dadu tersebut untuk mengidentifikasi emosi apa yang muncul. Orang tua juga bisa menggunakan permainan papan atau teka-teki, lalu orang tua dapat membuat kesalahan dengan sengaja saat bermain dan kemudian memperbaikinya untuk menunjukkan kepada anak bahwa setiap orang dapat membuat kesalahan dan hal itu dapat diselesaikan. Orang tua juga dapat memulai permainan percakapan di mana setiap orang harus bergiliran mengucapkan satu kata pada satu waktu atau berbicara dan mengajukan pertanyaan tentang topik tertentu.
4. Jika memungkinkan, mintalah staf sekolah untuk membuat program sosial
Orang tua dapat meminta staf sekolah untuk membuat “program teman” atau lingkaran pertemanan untuk mendorong anak-anak dengan autisme agar lebih terlibat dalam interaksi sosial. Orang tua juga dapat mendorong sekolah untuk mengembangkan pelajaran keterampilan sosial yang terstruktur dan program untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan terhadap disabilitas di antara anak-anak dan orang tua lain di sekolah. Hal ini dapat membantu untuk menciptakan pola pikir positif dan kerjasama tim dengan orang tua lain dalam membantu anak-anak dengan autisme berteman di sekolah dan komunitas lain.
Referensi:
Chang, Y., Shih, W., & Kasari, C. (2015). Friendship in preschool children with autism spectrum disorder: What holds them back, child characteristics or teacher behavior? Autism, 20(1), 1-10. https://doi.org/10.1177/1362361314567761
Friends and peers: Autistic children and teenagers. (2021, May 19). Raising Children Network. Retrieved November 9, 2022 from https://raisingchildren.net.au/autism/communicating-relationships/connecting/friends-peers-asd
Kids with autism need friends, too. (n.d.). Marcus Autism Center. Retrieved November 9, 2022 from https://www.marcus.org/autism-resources/autism-tips-and-resources/helping-kids-with-autism-make-friends
Making friends - supporting your autistic child. (2020, August 12). National Autistic Society. Retrieved November 9, 2022 from https://www.autism.org.uk/advice-and-guidance/topics/family-life-and-relationships/making-friends/parents-and-carers
Petrina, N., Carter, M., & Stephenson, J. (2014). The nature of friendship in children with autism spectrum disorders: A systematic review. Research in Autism Spectrum Disorders, 8, 111-126. https://doi.org/10.1016/j.rasd.2013.10.016
Oleh: Salma Safira Sukma Ikhsani, S.Psi. dari BehaviorPALS
pertemanan, anak, autisme
Special Needs / Berkebutuhan Khusus / Social Development / Tumbuh Kembang Sosial / Education / Pendidikan / Menjalin Pertemanan Bagi Anak dengan Gangguan Spektrum Autisme
Comments