Anak atau Pasangan?
Christy Prawira, MBA, M.A., BCBA
Banyak orang beranggapan bahwa menjadi orang tua yang baik berarti mendahulukan anak di atas kebutuhannya sendiri. Apalagi dengan ekspektasi masyarakat terhadap pola asuh; itu tidak membuatnya lebih mudah. Namun, kita sering lupa bahwa keluarga yang harmonis adalah hubungan yang kuat dan sehat dengan pasangan kita. Sebagian besar dari kita perlahan-lahan mengabaikan waktu berkualitas dengan pasangan saat kita menjadi orang tua. Yang dulunya kencan malam mingguan berubah menjadi rutinitas mencuci piring atau mengganti popok. Yang tadinya waktu untuk ngobrol di Sabtu pagi berubah menjadi kekacauan menyiapkan sarapan untuk balita atau menyusui bayi. Setiap kali ada waktu senggang, kita membicarakan anak-anak. Tanpa disadari, kita tidak pernah punya waktu lagi untuk berbicara dengan pasangan tentang hubungan. Kita terlalu terjebak dengan kerumitan mengurus anak-anak. Kemudian, hubungan romantis yang sebelumnya ada memudar. Jika kita tidak segera sadar, pola ini bisa kita teruskan selama 18 tahun hingga anak-anak kita meninggalkan rumah. Jika pada saat itu hubungan belum berakhir dalam perceraian, sudah terlambat untuk memperbaiki apa yang rusak. Dua individu yang dulunya sangat mencintai satu sama lain, sekarang hanyalah orang asing yang hidup bersama.
Pertama-tama, kita perlu memahami bahwa anak-anak kita tidak akan memiliki jangkar emosional yang sehat tanpa pernikahan yang sehat. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menyisihkan waktu, meskipun hanya 5-10 menit sehari untuk berbicara satu sama lain. Cukup bagikan hari anda dengan pasangan anda; apa yang anda syukuri dan apa yang mengganggu anda hari itu. Percakapan sederhana dan singkat ini akan membantu anda memahami pasangan dengan lebih baik. Ingatlah bahwa anda dan pasangan adalah satu tim. Saat ada masalah, fokuslah pada bagaimana anda berdua bisa menyelesaikan masalah tersebut daripada saling menyalahkan.
Kedua, kita sering memberikan pujian kepada anak kita untuk hal yang paling sederhana tetapi lupa untuk menghargai pasangan kita atas apa yang mereka lakukan. Luangkan waktu untuk mengucapkan terima kasih dan beri tahu mereka betapa bangga atau beruntungnya anda memiliki mereka sebagai pasangan. Perhatikan hal-hal sederhana yang mereka lakukan untuk anda. Misalnya, “Terima kasih telah meluangkan waktu untuk memasak di pagi hari hari ini, aku mencintaimu” atau “Terima kasih telah bekerja keras untuk keluarga kami, saya tidak dapat membayangkan keluarga ini tanpa dukunganmu.” Kata-kata afirmasi ini adalah kunci untuk memelihara pernikahan.
Ketiga, jangan takut untuk berdebat di depan anak-anak. Saya mengatakan ini karena anak-anak lebih pintar dari yang anda pikirkan. Ketika kita berkelahi di belakang anak-anak tetapi tidak berbicara satu sama lain, mereka mengerti bahwa ada sesuatu yang janggal. Karena itu, tidak apa-apa untuk berdebat di depan anak-anak dan menyatakan ketidaksetujuan. Biarkan anak-anak melihat bagaimana anda mengatasi masalah Anda, saling meminta maaf, dan berdamai. Anak-anak adalah peniru yang hebat dan mereka belajar dari apa yang orang tua lakukan. Ketika ayah dan bunda berdamai satu sama lain, mereka belajar bagaimana menyelesaikan konflik. Menyaksikan orang tua berdebat akan menjadi pelajaran bagi mereka bahwa hidup tidak sempurna tetapi selalu ada ruang untuk bertumbuh.
“Menjadikan hubungan sebagai prioritas utama, bahkan ketika memiliki anak, adalah rahasia pernikahan yang bahagia” – unknown
Pernikahan, Keluarga, Pasangan
Baby 6 Months - 18 Months / Bayi 6 - 18 Bulan / Marriage & Relationship / Hubungan Suami & Istri / Family / Keluarga / Anak atau Pasangan?
Comments