Aku Tidak Sengaja Membentak Anakku, Apa yang Harus Kulakukan?
“Mama lagi sibuk, kamu bisa diem gak sih?!”
Kalimat serupa ini terkadang tidak sengaja keluar dari orang tua ketika sedang berada di situasi yang menekan. Meski orang tua tahu bahwa kalimat ini tidak baik dan bisa menyakiti hati anak, biasanya kalimat ini terlontar secara spontan dan tanpa disadari. Biasanya orang tua juga langsung menyadari beberapa saat kemudian bahwa apa yang dikatakan berpotensi merusak hubungan dengan anak. Namun, orang tua seringkali terlanjur terbawa emosi negatif sehingga membiarkan kejadian ini berlalu begitu saja. Sebenarnya, ada sedikit perasaan bersalah, akan tetapi apa yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua?
Dr. Daniel Siegel, seorang ahli dalam hubungan keluarga dan perkembangan otak, mengusulkan konsep yang bernama Rupture and Repair. Rupture diartikan sebagai suatu keretakan dalam hubungan antara orang tua dan anak, dikarenakan adanya salah paham atau ketika orang tua menyakiti anak dan sebaliknya. Beberapa kondisi rupture memang bisa menjadi lebih parah dari yang lainnya (biasanya ketika orang tua bereaksi berlebihan secara emosional). Kondisi rupture tidak dapat dihindari di dalam hubungan orang tua dan anak. Namun, keretakan dalam hubungan atau rupture dapat diperbaiki, inilah yang disebut dengan repair. Repair sangat penting untuk membangun kembali hubungan yang baik. Rupture tanpa repair dapat membuat masalah dalam hubungan orang tua dan anak semakin dalam dan semakin menyakiti anak, sehingga berujung pada masalah di dalam perkembangan anak.
Satu hal utama dalam repair adalah repair memerlukan kesadaran dari orang tua tentang apa yang sedang dirasakan dan apa pemicunya. Orang tua perlu berhenti dan berefleksi mengenai apa yang baru dilakukan dan bagaimana perasaan orang tua saat itu. Sambil merefleksikan situasi, cobalah untuk berempati kepada anak, tanyakan kepada diri Anda “mengapa anak melakukan hal itu?”, “apakah anak membutuhkan perhatian?”, dan “apa respon yang anak harapkan dariku?”. Setelah itu, orang tua dapat mencoba untuk bicara dengan anak mengenai situasi yang sebelumnya dialami sesegera mungkin. Untuk anak yang lebih besar, orang tua bisa memulai dengan minta maaf dan menjelaskan apa yang sedang orang tua rasakan. Kemudian, cobalah dengar dari sisi anak, apa yang mereka pikirkan dan rasakan terkait situasi tersebut. Proses repair ini dapat menjadi kesempatan bagi orang tua untuk menjelaskan bahwa orang tua hanyalah manusia biasa yang bisa melakukan hal yang tidak dapat dikontrol ketika sedang merasa kewalahan.
Kemudian, orang tua dapat “membayar” kesalahan dengan menawarkan hal yang menyenangkan untuk dilakukan bersama anak, misalnya membaca buku bersama atau bermain bersama. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa hubungan orang tua dan anak dapat erat kembali.
Rupture dan repair dapat dilakukan di banyak situasi yang mengancam hubungan harmonis antara orang tua dan anak. Jika orang tua sering menerapkan proses ini setiap kali ada masalah dalam hubungan, anak akan belajar bahwa ia juga bisa melakukan repair ketika ia melakukan kesalahan atau menyakiti hati orang tua. Ingatlah bahwa anak akan selalu mencontoh perilaku orang tua, disadari maupun tidak. Anak tidak memerlukan orang tua yang sempurna dan tidak pernah salah–karena memang tidak ada manusia yang sempurna, yang anak butuhkan adalah orang tua yang apa adanya kepada mereka dan selalu belajar agar mereka bisa mengembangkan kesadaran akan diri mereka sendiri.
Sumber:
Siegel, D. J. (2004). Attachment and self-understanding: Parenting with the brain in mind. Journal of Prenatal and Perinatal Psychology and Health, 18(4), 273-286.
Perry, P. (2019). The Book You Wish Your Parents Had Read (and Your Children Will Be Glad That You Did), p. 17-18. Penguin UK.
rupture and repair, parenting, hubungan orang tua dan anak, konflik, pengasuhan
Children 4 Years - 6 Years / 4 Tahun - 6 Tahun / Parenting / Pola Asuh / Family / Keluarga / Aku Tidak Sengaja Membentak Anakku, Apa yang Harus Kulakukan?
Comments